Agroindustri adalah usaha dalam sektor pertanian untuk mendapatkan nilai tambah (added value) dengan cara menderivasi komoditas sampai menghasilkan produk sehilir-hilirnya, adalah paradigma yang harus dikembangkan bagi pemangku kepentingan (stakeholder) yang bergerak di bidang teknologi pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada bahkan telah mencanangkan Pengembangan Agroindustri yang berkelanjutan sebagai kompetensinya dalam pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Dalam tataran konsep, pengembangan agroindustri ternyata menemui beberapa kendala. Kendala utama adalah tidak dipahaminya secara utuh tentang pengertian ini, apalagi sering dikaburkan dengan munculnya pengertian agribisnis yang serupa tapi tidak sama. Kedua pengertian tersebut padahal sering terkait dan saling melengkapi. Dalam tataran implementasi, pengembangan agroindustri ternyata menemui banyak hambatan. Hambatan Utama adalah pola pikir (mind set) dan pola tindak terhadap agroindustri ini masih berkutat di kalangan pemerintah maupun akademisi. Masyarakat sebagai pelaku utama pada sektor ini bahkan tidak cukup paham terhadap pola pikir dan pola tindak terhadap agroindustri ini sehingga menjadi kelompok yang relatif pasif dan cenderung tertinggal dibanding dengan beberapa Negara, bahkan di Asean.
Kritik dari para praktisi terhadap peran perguruan tinggi dalam pengembangan agroindustri akhir- akhir ini layak untuk dicermati. Kesenjangan antara teori dan praktek, kurangnya pembekalan tentang entrepreunership, kurangnya pemberian motivasi dan dorongan, kurangnya pengenalan jati diri, kurangnya pengarahan setelah mahasiswa lulus, dll adalah beberapa contoh kelemahan perguruan tinggi dalam menyiapkan lulusannya untuk mengembangkan agroindustri.
Keberadaan inkubator di perguruan tinggi diharapkan dapat menjadi jembatan penghubung antara dunia akademis dan dunia praktis, antara lain industri. Inkubator (incubator) adalah wahana bagi para peserta pembelajaran (mahasiswa, alumni, masyarakat, dll) untuk meningkatkan pengetahuan (knowledge) dan ketrampilan (skill) guna menjawab permasalahan di masyarakat melalui pendekatan akademis yang sekaligus mendorong terbentuknya insan entrepreunership yang mampu menciptakan lapangan kerja baru. Semangat dan jiwa entrepreunership sekaligus dapat dibangun melalui wahana ini sehingga peserta pembelajaran menjelma menjadi usahawan yang tangguh.
Recent Comments